Sudah saatnya kita mulai menerapkan pola konsumsi sehat (healthy diets), karena pola konsumsi
makanan yang tidak sehat di masyarakat meningkat sedemikian pesat. Ironis,
bukan hanya pada orang dewasa, tetapi juga mulai pada anak dan
remaja.
Dari data kesehatan yang dimiliki Indonesia, beberapa
penyakit tidak menular nyatanya menduduki tataran atas penyakit yang banyak
diserita oleh masyarakat, bahkan ada kecenderungan meningkat. Diabetes, kanker,
dan jantung misalnya, jumlahnya cukup tinggi. Kendati secara prevalensi masih
dibawah 10 persen, namun penyakit-penyakit tersebut mampu merenggut banyak
nyawa penderitanya. Hal inilah yang wajib terus diwaspadai.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 mencatat; terdapat
beberapa penyakit dengan tinggi prevalensi tertinggi di Indonesia yang menyebar
di provinsi-provinsi di Indonesia. Adapun lima penyakit berprevalensi tertinggi
adalah:
1. Hipertensi.
Deteksi dini hipertensi! |
Lebih dikenal masyarakat dengan nama tekanan darah tinggi.
Penyakit ini menduduki prevalensi tertinggi di Indonesia, yaitu lebih dari
seperempat, atau 25,8 persen. Di kalangan medis, hipertensi disebut juga silent
killer, karena kadang tidak disadari, tetapi bisa merusak organ tubuh dan
pemicu gagal ginjal, stroke, jantung. Hipertensi bisa terjadi karena banyaknya
asupan yang cenderung menghambat atau menyempitkan aliran darah, seperti
konsumsi berlebih garam, lemak tak jenuh, dan merokok.
Sedangkan 3 (tiga) provinsi di Indonesia dengan serangan
hipertensi tertinggi menurut data Riskesdas adalah Bangka Belitung (30,9%),
Kalimantan Selatan (30,8%) dan Kalimantan Timur (29,6%).
2. Penyakit Sendi.
Penyakit ini prevalensinya tertinggi kedua, yaitu 24,7
persen. Definisi penyakit ini disebutkan sebagai penyakit inflamasi sistemik
kronik pada sendi-sendi tubuh. Ini terjadi karena adanya penumpukan kristal
asam urat di jaringan ikat. Misalnya didaerah lutut, pangkal lengan,
pergelangan tangan maupun kaki dan daerah-daerah yang bersendi. Gejalanya
berupa nyeri, disertai kekakuan, merah, pembengkakan, yang bukan karena
benturan ataupun kecelakaan.
Salah satu cara untuk mengatasi penyakit sendi ini
diantaranya juga dengan menjaga pola makan, cukup asupan kalsium dan vitamin
sendi lainnya, serta rajin olah raga. Seperti asam urat, maka harus diperhatikan
pola makanan yang banyak mengandung purin, semisal jeroan, minuman beralkohol,
ikan hering, kerang, udang dan seterusnya. Dan yang tak kalah penting dengan
memperbanyak minum air putih, susu, buah-buahan ceri, seledri, jeruk dan sumber
multivitamin lainnya. Menurut data riset kesehatan dasar, provinsi dengan
prevalensi mengidap penyakit sendi tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (NTT)
dengan prevalensi (33,1%), Jawa Barat (32,1%) dan Bali (30,0%).
3. Penyakit hepatitis B.
Healthy Food Now! |
Secara nasional prevalensinya mencapai 21,8 persen, atau
menempati urutan tertinggi. Hepatitis B merupakan penyakit hati yang disebabkan
oleh virus hepatitis B. Sebenarnya penyakit hati ini bukan saja karena virus,
tetapi juga akibat paparan bahan kimia berbahaya, karena hati berfungsi untuk
menetralkan racun di dalam tubuh.
Jika disebabkan virus, berhati-hatilah, karena virus ini
sangat ganas, dan lebih cepat 10 kali dalam hal menularkan dibandingkan virus
HIV. Sebenarnya ada herbal yang baik untuk kesehatan hati ini, dan sudah
melalui uji klinis, bahkan telah masuk ke dalam resep dokter. Obat herbal
dimaksud adalah curcumin. Zat aktif curcumin ini ditemukan di temulawak dan
kunyit. Kedua rempah yang popular di Indonesia ini juga dikenal memiliki zat
anti virus sehingga sangat baik, terutama sebagai upaya pencegahan dini.
Provinsi dengan prevalensi tertinggi hepatitis B, yaitu Bangka Belitung
(48,2%), kemudian Maluku (47,6%) dilanjutkan oleh DKI Jakarta (37,7%).
4. Serangan stroke.
Di Indonesia prevalensinya mencapai 12,1%. Diantara semua
jenis penyakit yang tinggi prevalensinya, stroke merupakan penyakit yang
datanya paling pesat peningkatannya. Pada tahun 2007 prevalensinya berkisar
pada angka 8,3%. Jumlah ini meningkat tajam pada tahun 2013 menjadi 12,1%. Oleh
badan kesehatan dunia (WHO), stroke didefinisikan sebagai penyakit karena
deficit fungsi susunan syaraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah di
otak.
Stroke banyak dipicu oleh gaya hidup yang tidak sehat, pola
makan sembarangan yang mengakibatkan penyempitan pembuluh darah di otak,
gampang stress, kurang gerak. Apalagi dengan pola hidup perkotaan di mana
mobilitas sangat tergantung kepada alat transportasi, bukan aktivitas fisik.
Provinsi dengan prevalensi sroke tertinggi yaitu DI Yogyakarta (16,9%).
Sulawesi Tengah (16,6%), dan disusul oleh Jawa Timur dengan prevalensi (16,0%).
5. Balita kurang gizi.
Nampaknya penyakit ini sangat paradoksal di tengah pola
konsumsi masyarakat yang mulai tidak terkontrol. Secara nasional, prevalensi
balita kurang gizi mencapai 19,6 persen. Keadaan ini sangat memprihatinkan,
sebab hampir 1 dari 5 balita di Indonesia mengidap kurang gizi.
Provinsi dengan prevalensi balita kurang gizi tertinggi
adalah NTT (35%), kemudian Papua (32%), dan Maluku (30%). Kalau lebih detil
lagi, data stunting (balita pendek) juga mengalami peningkatan dari waktu ke
waktu, yaitu 37,2 persen pada tahun 2013, meningkat dari data tahun 2010
sebesar 35,6 persen. Jadi, anak-anak Indonesia sudah kurang gizi, pendek pula.
Langkah terbaik adalah pencegahan, dengan kampanye hidup
sehat, termasuk rajin olah raga. Perlu keterlibatan semua pihak untuk
mengampanyekan hal ini.
0 comments:
Posting Komentar