Senin, 21 November 2016

Tuberkulosis di Indonesia



Dari hasil survei terbaru, jumlah kasus baru tuberkulosis atau TB di Indonesia diperkirakan mencapai 1 juta kasus per tahun atau naik dua kali lipat dari estimasi sebelumnya. Posisi Indonesia pun melonjak ke negara dengan kasus TB terbanyak kedua setelah India.

Ini menjadi salah satu faktor Indonesia mendapatkan beban ganda. "Jumlah penyakit tidak menular di Indonesia naik, tetapi penyakit menular juga tetap masalah yang besar, termasuk TB.


Apa gejala TB?


TB disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis yang ditemukan Robert Koch. Sebanyak 90 persen TB menyerang paru dengan tanda-tanda batuk lebih dari tiga minggu.

Selain gejala utama berupa batuk berdahak yang berlangsung lebih dari 21 hari, tuberkulosis juga memiliki gejala-gejala lain. Di antaranya:

  • Batuk yang mengeluarkan darah.
  • Dada yang terasa sakit saat bernapas atau batuk.
  • Tidak nafsu  makan.
  • Penurunan berat badan.
  • Demam  .
  • Berkeringat secara berlebihan pada malam hari.
TBC Paru, Gejala Tuberculosis, Pengobatan Tuberculosis
Gejala TBC Paru
Tidak semua bakteri TB yang masuk ke dalam tubuh langsung menyebabkan infeksi aktif atau tuberkulosis aktif. Ada kasus dimana bakteri TB tidak menyebabkan gejala apa pun sampai suatu hari nanti menjadi aktif dan gejala muncul. Kondisi ini dikenal sebagai tuberkulosis laten. Selain tidak mengalami gejala, pengidap tuberkulosis laten juga tidak menular.

Sedangkan TB yang langsung memicu gejala karena bakteri penyebabnya tidak bisa dibunuh oleh sistem kekebalan tubuh dikenal dengan istilah tuberkulosis aktif. Sangat penting agar tuberkulosis aktif diobati karena jika dibiarkan, bakteri TB dapat menyebar dan menyerang organ tubuh lain seperti otak, ginjal dan hati.

Penularan Penyakit Tuberculosis, Penyebab dan Penanganan Penyakit Tuberculosis
Penularan Penyakit Tuberculosis (TB)


Penyebab dan Faktor Risiko Tuberkulosis.

Penyebab TB adalah bakteri  mycobacterium tuberculosis.yang menyebar di udara melalui percikan air liur dari batuk atau bersin pengidap TB.

Berikut ini adalah beberapa kelompok orang yang memiliki risiko lebih tinggi tertular TB:

  • Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang menurun, misalnya pengidap HIV/AIDS, diabetes atau orang yang sedang menjalani kemoterapi.
  • Orang yang mengalami malanutrisi atau kekurangan gizi.
  • Pecandu narkoba.
  • Para perokok.
  • Para petugas medis.

Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis.


Tuberkulosis termasuk penyakit yang sulit untuk dideteksi, terutama pada anak-anak. Selain anamnesa dokter biasanya menggunakan pemeriksaan:

  • Pemeriksaan dahak.
  • Pemeriksaan X-ray (rontgen) dada.
  • Pemeriksaan Mantoux.
  • Pemeriksaan darah.

Tanda pasti TB adalah  pemeriksaan BTA( bakteri tahan asam) Positip dari dahak.

Langkah Pencegahan Tuberkulosis


Langkah utama dalam  pencegahan TB adalah dengan menerima vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin). Di Indonesia, vaksin ini termasuk dalam daftar imunisasi wajib dan diberikan sebelum bayi berusia tiga bulan.


Vaksin BCG juga dianjurkan bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa yang belum pernah menerimanya pada waktu bayi. Tetapi keefektifan vaksin ini akan berkurang pada orang dewasa.

Jadwal Immunisasi BCG, Pencegahan Penyakit Tuberculosis
Jadwal Imunisasi BCG

Salah satu hal penting adalah edukasi terhadap masyarakat mengenai pencegahan TB dan jika sudah terkena TB, pasien sangat mungkin sembuh asalkan disiplin mengonsumsi obat karena pengobatan TB membutuhkan waktu yang lama dan teratur ( tidak boleh putus obat). Informasi yang kurang membuat pasien berisiko menghentikan pengobatan setelah merasa kondisi tubuh sudah normal

Pasien TB harus  mengetahui pentingnya masker guna pencegahan penularan penyakit selama belum dinyatakan sembuh, baik untuk dikenakan oleh pasien maupun orang-orang yang berinteraksi dengan pasien.

Saat kuman sudah  resisten karena putus obat/ pengobatan yang tidak rutin pengobatan lebih lama dan membutuhkan biaya yang lebih besar.

Faktor nonmedis lain adalah dukungan dari keluarga dan masyarakat sekitar terhadap pasien TB. Pengobatan dalam  jangka berbulan-bulan, bahkan dua tahun jika kuman sudah resisten, kerap membuat pasien bosan hingga depresi. 

Stop TB, TB Day
Stop Penularan TB


Jumat, 18 November 2016

PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I)



Apa fungsi imunisasi?
Imunisasi meningkatkan kekebalan tubuh bayi dan anak sehingga mampu melawan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin tersebut. Imunisasi selain bermanfaat untuk diri sendiri juga bermanfaat untuk mencegah penyebaran ke anak-anak lain disekitarnya.

Anak yang tidak mendapat Imunisasi?
Anak yang tidak mendapat imunisasi, ketika ada wabah, lebih banyak yang sakit berat, meninggal atau cacat. Imunisasi terbukti efektif mencegah sakit berat, kematian atau cacat akibat penyakit-penyakit tersebut. Anak yang tidak diimunisasi juga dapat menyebarkan kuman-kuman tersebut ke adik, kakak dan teman lain disekitarnya sehingga dapat menimbulkan wabah yang menyebar kemana-mana yang menyebabkan cacat atau kematian lebih banyak.

Apa bedanya imunisasi dengan vaksinasi ?
Imunisasi adalah proses untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit tertentu. Imunisasi merupakan istilah yang lebih umum untuk proses kekebalan tubuh, sedangkan vaksinasi adalah proses memasukkan Zat, kuman, racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan yang dapat merangsang sistem imun untuk memproduksi antibodi khusus (vaksin). Artinya vaksinasi adalah bagian dari imunisasi sedangkan imunisasi belum tentu merupakan vaksinasi

Apa yang terjadi dengan kuman yang dimasukkan tubuh anak saat imunisasi?
Zat (kuman, racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan) dapat merangsang sistem imun untuk memproduksi antibodi yang sifatnya selain spesifik juga dapat bertahan untuk jangka waktu lama karena adanya sel memori.

Siapa saja yang perlu imunisasi?


Pada periode 0-12 bulan seorang bayi harus mendapatkan suntikan delapan vaksin yaitu BCG, Hepatitis B, DPT, Polio, Hib, PCV dan Campak


Mengapa ada anak yang demam paska imunisasi?
Setelah imunisasi kadang-kadang timbul kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) demam ringan sampai tinggi, bengkak, kemerahan, agak rewel. Itu adalah reaksi yang umum terjadi setelah imunisasi. Umumnya akan hilang dalam 3-4 hari, walaupun kadang-kadang ada yang berlangsung lebih lama.

Mengapa masih perlu Imunisasi ?
Secara normal tubuh kan bisa menghasilkan Imun secara alamiah. ASI ekslusif kan juga bisa kasih imun?
Meskipun ASI memiliki faktor kekebalan tubuh, menyusui tidak boleh dianggap sebagai pengganti Imunisasi. Penelitian menunjukkan bahwa bayi yang diberi ASI dan Imunisasi menghasilkan tingkat antibodi yang lebih tinggi. Imunisasi selain bermanfaat untuk diri sendiri juga bermanfaat untuk mencegah penyebaran penyakit dan wabah. Imunisasi terbukti efektif mencegah sakit berat, kematian atau cacat akibat penyakit-penyakit tersebut

Bolehkah anak sedang batuk, pilek dan demam diberi Imunisasi Polio?
Bila anak sedang batuk pilek TANPA demam, anak tetap BOLEH mendapat imunisasi polio oral. Bila anak sedang demam atau sakit berat lainnya, maka imunisasi polio oral DITUNDA. Imunisasi polio diberikan setelah anak sembuh. 

TBC (TUBERCULOSIS).
Penularan penyakit TBC terhadap seorang anak dapat terjadi karena terhirupnya percikan udara yang mengandung kuman TBC. Kuman inii dapat menyerang berbagai organ tubuh, seperti paru-paru (paling sering terjadi), kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal, hati, atau selaput otak (yang terberat). Pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan pada bayi yang baru lahir sampai usia 12 bulan, tetapi imunisasi ini sebaiknya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan. Imunisasi ini cukup diberikan satu kali saja. Bila pemberian imunisasi ini “berhasil,” maka setelah beberapa minggu di tempat suntikan akan timbul benjolan kecil. Karena luka suntikan meninggalkan bekas, maka pada bayi perempuan, suntikan sebaiknya dilakukan di paha kanan atas. Biasanya setelah suntikan BCG diberikan, bayi tidak menderita demam.

DIFTERI.
Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphteriae. Mudah menular dan menyerang terutama saluran napas bagian atas dengan gejala Demam tinggi, pembengkakan pada amandel (tonsil ) dan terlihat selaput puith kotor yang makin lama makin membesar dan dapat menutup jalan napas. Racun difteri dapat merusak otot jantung yang dapat berakibat gagal jantung. Penularan umumnya melalui udara (betuk/bersin) selain itu dapat melalui benda atau makanan yang terkontamiasi.Pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan pertusis sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang penyuntikan satu–dua bulan. Pemberian imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus dalam waktu bersamaan. Efek samping yang mungkin akan timbul adalah demam, nyeri dan bengkak pada permukaan kulit, cara mengatasinya cukup diberikan obat penurun panas

PERTUSIS.
Penyakit Pertusis atau batuk rejan atau dikenal dengan “ Batuk Seratus Hari “ adalah penyakit infeksi saluran yang disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis. Gejalanya khas yaitu batuk yang terus menerus sukar berhenti, muka menjadi merah atau kebiruan dan muntah kadang-kadang bercampur darah. Batuk diakhiri dengan tarikan napas panjang dan dalam berbunyi melengking.Penularan umumnya terjadi melalui udara (batuk/bersin). Pencegahan paling efektif adalah dengan melakukan imunisasi bersamaan dengan Tetanus dan Difteri sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang pentuntikan.

TETANUS.
Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yan berbahaya karena mempengaruhi sistim urat syaraf dan otot. Gejala tetanus umumnya diawali dengan kejang otot rahang (dikenal juga dengan trismus atau kejang mulut) bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut, lengan atas dan paha. Neonatal tetanus umumnya terjadi pada bayi yang baru lahir. Neonatal tetanus menyerang bayi yang baru lahir karena dilahirkan di tempat yang tidak bersih dan steril, terutama jika tali pusar terinfeksi. Neonatal tetanus dapat menyebabkan kematian pada bayi dan banyak terjadi di negara berkembang. Sedangkan di negara-negara maju, dimana kebersihan dan teknik melahirkan yang sudah maju tingkat kematian akibat infeksi tetanus dapat ditekan. Selain itu antibodi dari ibu kepada jabang bayinya yang berada di dalam kandungan juga dapat mencegah infeksi tersebut. Infeksi tetanus disebabkan oleh bakteri yang disebut dengan Clostridium tetani yang memproduksi toksin yang disebut dengan tetanospasmin. Tetanospasmin menempel pada urat syaraf di sekitar area luka dan dibawa ke sistem syaraf otak serta saraf tulang belakang, sehingga terjadi gangguan pada aktivitas normal urat syaraf. Terutama pada syaraf yang mengirim pesan ke otot. Infeksi tetanus terjadi karena luka. Baik karena terpotong, terbakar, aborsi , narkoba (misalnya memakai silet untuk memasukkan obat ke dalam kulit) maupun frosbite. Walaupun luka kecil bukan berarti bakteri tetanus tidak dapat hidup di sana. Sering kali orang lalai, padahal luka sekecil apapun dapat menjadi tempat berkembang biaknya bakteria tetanus. Periode inkubasi tetanus terjadi dalam waktu 3-14 hari dengan gejala yang mulai timbul di hari ketujuh. Dalam neonatal tetanus gejala mulai pada dua minggu pertama kehidupan seorang bayi. Walaupun tetanus merupakan penyakit berbahaya, jika cepat didiagnosa dan mendapat perawatan yang benar maka penderita dapat disembuhkan. Penyembuhan umumnya terjadi selama 4-6 minggu. Tetanus dapat dicegah dengan pemberian imunisasi sebagai bagian dari imunisasi DPT. Setelah lewat masa kanak-kanak imunisasi dapat terus dilanjutkan walaupun telah dewasa. Dianjurkan setiap interval 5 tahun : 25, 30, 35 dst. Untuk wanita hamil sebaiknya diimunisasi juga dan melahirkan di tempat yang terjaga kebersihannya

POLIO.
Gejala yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak mendadak lumpuh pada salah satu anggota geraknya setelah demam selama 2-5 hari. Terdapat 2 jenis vaksin yang beredar, dan di Indonesia yang umum diberikan adalah vaksin Sabin (kuman yang dilemahkan). Cara pemberiannya melalui mulut. Di beberapa negara dikenal pula Tetravaccine, yaitu kombinasi DPT dan polio. Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari dan selanjutnya diberikan setiap 4-6 minggu. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT. Imunisasi ulangan diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang DPT Pemberian imunisasi polio akan menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit Poliomielitis. Imunisasi polio diberikan sebanyak empat kali dengan selang waktu tidak kurang dari satu bulan. imunisasi ulangan dapat diberikan sebelum anak masuk sekolah (5 – 6 tahun) dan saat meninggalkan sekolah dasar (12 tahun).Cara memberikan imunisasi polio adalah dengan meneteskan vaksin polio sebanyak dua tetes langsung kedalam mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang dicampur dengan gula manis. Imunisasi ini jangan diberikan pada anak yang lagi diare berat. Efek samping yang mungkin terjadi sangat minimal dapat berupa kejang-kejang.

CAMPAK.
Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat disebabkan oleh sebuah virus yang bernama Virus Campak. Penularan melalui udara ataupun kontak langsung dengan penderita.Gejala-gejalanya adalah : Demam, batuk, pilek dan bercak-bercak merah pada permukaan kulit 3 – 5 hari setelah anak menderita demam. Bercak mula-mula timbul dipipi bawah telinga yang kemudian menjalar ke muka, tubuh dan anggota tubuh lainnya. Komplikasi dari penyakit Campak ini adalah radang Paru-paru, infeksi pada telinga, radang pada saraf, radang pada sendi dan radang pada otak yang dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen ( menetap ). Pencegahan adalah dengan cara menjaga kesehatan kita dengan makanan yang sehat, berolah raga yang teratur dan istirahat yang cukup, dan paling efektif cara pencegahannya adalah dengan melakukan imunisasi. Pemberian Imunisasi akan menimbulkan kekebalan aktif dan bertujuan untuk melindungi terhadap penyakit campak hanya dengan sekali suntikan, dan diberikan pada usia anak sembilan bulan atau lebih.

HEPATITIS.
Penyakit hepatitis disebabkan oleh virus hepatitis tipe B yang menyerang kelompok resiko secara vertikal yaitu bayi dan ibu pengidap, sedangkan secara horizontal tenaga medis dan para medis, pecandu narkoba, pasien yang menjalani hemodialisa, petugas laboratorium, pemakai jasa atau petugas akupunktur.




Kamis, 17 November 2016

Gejala Penyakit Jantung Koroner

Gejala sakit jantung koroner biasanya kurang diperhatikan atau bahkan diabaikan oleh penderita jantung koroner. Padahal, adanya gejala jantung koroner ini dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan apakah seseorang mengidap jantung koroner atau tidak. Jika terbukti seseorang tersebut mengidap penyakit jantung koroner tersebut maka diperlukan tindakan khusus yang dapat dilakukan untuk dapat mencegah adanya hal-hal serius yang tidak diinginkan. Ada beberapa gejala jantung koroner yang harus anda ketahui agar anda dapat mengobati penyakit ini dengan baik dan tepat.

Gejala Sakit Jantung Koroner: Perut Mual dan Perih

Penyakit jantung koroner ini memang dapat menyebabkan berbagai macam gejala yang dapat mengganggu kondisi kesehatan dari orang yang sedang mengidap penyakit tersebut. Kondisi perut yang terasa mual dan perih adalah salah satu contoh gejala yang dapat ditimbulkan oleh adanya penyakit ini dalam tubuh seseorang. Kondisi ini merupakan suatu kondisi yang timbul dengan sendirinya melainkan timbul karena adanya sebab yang terjadi akibat adanya kelainan dalam sistem peredaran tubuh. Darah yang terdapat di dalam tubuh akan disalurkan ke seluruh jaringan tubuh melalui pembuluh darah ketika dipompakan oleh jantung.
Jika terjadi penyumbatan di dalam pembuluh darah ini maka akan terjadi kelainan dalam kerja jantung yang dapat mempengaruhi kondisi tubuh lainnya. Gejala sakit jantung koroner akibat adanya penyumbatan ini dapat mengakibatkan rasa mual dan perih pada bagian perut jika sinyal rasa sakit yang ditimbulkan dikirimkan pada bagian perut. Jika anda adalah orang yang sering mengalami rasa sakit yang tidak tertahankan pada bagian perut anda atau yang biasa anda sebut sebagai penyakit maag maka mungkin saja itu adalah gejala jantung koroner yang patut untuk anda waspadai.

Gejala Sakit Jantung Koroner: Jantung Berdebar-debar

Selain perut mual dan perih, penyakit jantung koroner ini dapat mengakibatkan ritme jantung anda menjadi tidak menentu bahkan terkadang terasa berdegup sangat kencang. Kondisi ini tentu sangat akan mengganggu anda terutama jika anda sedang melakukan aktivitas harian yang membutuhkan tingkat ketenangan yang tinggi. Kondisi seperti ini dapat berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama apalagi jika anda sedang stres terhadap pekerjaan yang tidak kunjung selesai.
Jantung yang berdebar-debar ini juga seringkali dapat menyebabkan anda menjadi susah tidur sehingga dapat mengurangi waktu istirahat anda. Anda memang perlu waspada akan gejala sakit jantung koroner yang satu ini karena gejala ini dapat mengakibatkan timbulnya penyakit lainnya seperti stroke dan serangan jantung mendadak yang dapat berakibat pada kematian.

5 Ancaman Kesehatan Di Indonesia



Sudah saatnya kita mulai menerapkan pola konsumsi  sehat (healthy diets), karena pola konsumsi makanan yang tidak sehat di masyarakat meningkat sedemikian pesat. Ironis, bukan hanya pada orang dewasa, tetapi juga mulai pada anak dan remaja.

Dari data kesehatan yang dimiliki Indonesia, beberapa penyakit tidak menular nyatanya menduduki tataran atas penyakit yang banyak diserita oleh masyarakat, bahkan ada kecenderungan meningkat. Diabetes, kanker, dan jantung misalnya, jumlahnya cukup tinggi. Kendati secara prevalensi masih dibawah 10 persen, namun penyakit-penyakit tersebut mampu merenggut banyak nyawa penderitanya. Hal inilah yang wajib terus diwaspadai.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 mencatat; terdapat beberapa penyakit dengan tinggi prevalensi tertinggi di Indonesia yang menyebar di provinsi-provinsi di Indonesia. Adapun lima penyakit berprevalensi tertinggi adalah:

1. Hipertensi. 
Deteksi dini hipertensi!


Lebih dikenal masyarakat dengan nama tekanan darah tinggi. Penyakit ini menduduki prevalensi tertinggi di Indonesia, yaitu lebih dari seperempat, atau 25,8 persen. Di kalangan medis, hipertensi disebut juga silent killer, karena kadang tidak disadari, tetapi bisa merusak organ tubuh dan pemicu gagal ginjal, stroke, jantung. Hipertensi bisa terjadi karena banyaknya asupan yang cenderung menghambat atau menyempitkan aliran darah, seperti konsumsi berlebih garam, lemak tak jenuh, dan merokok.
Sedangkan 3 (tiga) provinsi di Indonesia dengan serangan hipertensi tertinggi menurut data Riskesdas adalah Bangka Belitung (30,9%), Kalimantan Selatan (30,8%) dan Kalimantan Timur (29,6%).

2. Penyakit Sendi.



Olahraga teratur

Penyakit ini prevalensinya tertinggi kedua, yaitu 24,7 persen. Definisi penyakit ini disebutkan sebagai penyakit inflamasi sistemik kronik pada sendi-sendi tubuh. Ini terjadi karena adanya penumpukan kristal asam urat di jaringan ikat. Misalnya didaerah lutut, pangkal lengan, pergelangan tangan maupun kaki dan daerah-daerah yang bersendi. Gejalanya berupa nyeri, disertai kekakuan, merah, pembengkakan, yang bukan karena benturan ataupun kecelakaan.
Salah satu cara untuk mengatasi penyakit sendi ini diantaranya juga dengan menjaga pola makan, cukup asupan kalsium dan vitamin sendi lainnya, serta rajin olah raga. Seperti asam urat, maka harus diperhatikan pola makanan yang banyak mengandung purin, semisal jeroan, minuman beralkohol, ikan hering, kerang, udang dan seterusnya. Dan yang tak kalah penting dengan memperbanyak minum air putih, susu, buah-buahan ceri, seledri, jeruk dan sumber multivitamin lainnya. Menurut data riset kesehatan dasar, provinsi dengan prevalensi mengidap penyakit sendi tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan prevalensi (33,1%), Jawa Barat (32,1%) dan Bali (30,0%).

3. Penyakit hepatitis B. 
Healthy Food Now!

Secara nasional prevalensinya mencapai 21,8 persen, atau menempati urutan tertinggi. Hepatitis B merupakan penyakit hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Sebenarnya penyakit hati ini bukan saja karena virus, tetapi juga akibat paparan bahan kimia berbahaya, karena hati berfungsi untuk menetralkan racun di dalam tubuh.
Jika disebabkan virus, berhati-hatilah, karena virus ini sangat ganas, dan lebih cepat 10 kali dalam hal menularkan dibandingkan virus HIV. Sebenarnya ada herbal yang baik untuk kesehatan hati ini, dan sudah melalui uji klinis, bahkan telah masuk ke dalam resep dokter. Obat herbal dimaksud adalah curcumin. Zat aktif curcumin ini ditemukan di temulawak dan kunyit. Kedua rempah yang popular di Indonesia ini juga dikenal memiliki zat anti virus sehingga sangat baik, terutama sebagai upaya pencegahan dini. Provinsi dengan prevalensi tertinggi hepatitis B, yaitu Bangka Belitung (48,2%), kemudian Maluku (47,6%) dilanjutkan oleh DKI Jakarta (37,7%).

4. Serangan stroke. 
 
Stroke bisa dicegah

Di Indonesia prevalensinya mencapai 12,1%. Diantara semua jenis penyakit yang tinggi prevalensinya, stroke merupakan penyakit yang datanya paling pesat peningkatannya. Pada tahun 2007 prevalensinya berkisar pada angka 8,3%. Jumlah ini meningkat tajam pada tahun 2013 menjadi 12,1%. Oleh badan kesehatan dunia (WHO), stroke didefinisikan sebagai penyakit karena deficit fungsi susunan syaraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah di otak.
Stroke banyak dipicu oleh gaya hidup yang tidak sehat, pola makan sembarangan yang mengakibatkan penyempitan pembuluh darah di otak, gampang stress, kurang gerak. Apalagi dengan pola hidup perkotaan di mana mobilitas sangat tergantung kepada alat transportasi, bukan aktivitas fisik. Provinsi dengan prevalensi sroke tertinggi yaitu DI Yogyakarta (16,9%). Sulawesi Tengah (16,6%), dan disusul oleh Jawa Timur dengan prevalensi (16,0%).

5. Balita kurang gizi. 
 
Gizi balita  penting

Nampaknya penyakit ini sangat paradoksal di tengah pola konsumsi masyarakat yang mulai tidak terkontrol. Secara nasional, prevalensi balita kurang gizi mencapai 19,6 persen. Keadaan ini sangat memprihatinkan, sebab hampir 1 dari 5 balita di Indonesia mengidap kurang gizi.
Provinsi dengan prevalensi balita kurang gizi tertinggi adalah NTT (35%), kemudian Papua (32%), dan Maluku (30%). Kalau lebih detil lagi, data stunting (balita pendek) juga mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, yaitu 37,2 persen pada tahun 2013, meningkat dari data tahun 2010 sebesar 35,6 persen. Jadi, anak-anak Indonesia sudah kurang gizi, pendek pula.

Langkah terbaik adalah pencegahan, dengan kampanye hidup sehat, termasuk rajin olah raga. Perlu keterlibatan semua pihak untuk mengampanyekan hal ini.