Senin, 29 Januari 2018

EPILEPSI PADA ANAK

Epilepsi merupakan problem neurologi kronis yang cukup banyak dialami anak-anak. Namun, masyarakat masih kurang mendapat pengetahuan yang benar tentang epilepsi pada anak. Berikut ini beberapa hal yang perlu dipahami orangtua dan masyarakat ketika seorang anak didiagnosis epilepsi.
Epilepsi atau ayan tidak selalu kejang hingga mulut berbusa
Epilepsi adalah kejang berulang 2 kali atau lebih tanpa penyebab. Sebelum kejang, anak masih beraktivitas seperti biasa. Setelah kejang, anak juga dapat kembali beraktivitas seperti biasa. Kejang pada epilepsi tidak harus kejang kelojotan dan mengeluarkan busa. Serangan kejang dapat berupa kaku di seluruh tubuh, kejang kaku/kelojotan sebagian lengan atau tungkai bawah, kedutan di sebelah mata dan sebagian wajah, hilangnya kesadaran sesaat sehingga anak tampak bengong atau seperti melamun, tangan atau kaki tiba-tiba tersentak atau anak tiba-tiba jatuh seperti kehilangan tenaga. Gejala klinis kejang sangat tergantung dari area otak yang menjadi fokus kejang.
Kejang pertama kali belum tentu epilepsi
Jika baru satu kali mengalami kejang tanpa penyebab (first unprovoked seizure), anak belum dapat dikatakan mengalami epilepsi. Namun, pemberian obat anti-epilepsi akan dipertimbangkan jika risiko berulangnya kejang cukup besar. Ini dapat dilihat dari pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) yang tidak normal, yaitu banyak terlihat fokus kejang. Selain itu, anak baru mengalami 1 kali kejang, tapi kejang berlangsung lama, yaitu lebih dari 30 menit.
Bukan penyakit menular
Epilepsi buka penyakit menular, juga bukan penyakit “kutukan”. Epilepsi sama saja dengan penyakit kronis lain seperti asma, diabetes, hipertensi, sehingga penyandang epilepsi janganlah diberikan stigma negatif.
Tidak ada keturunan epilepsi, anak tetap bisa mengalami epilepsi
Faktor genetik memang berperan dalam epilepsi, tetapi tidak semua jenis epilepsi menunjukkan keturunan sebagai penyebab. Pada anak dengan gangguan perkembangan otak, atau pernah mengalami perdarahan di kepala, riwayat radang otak, radang selaput otak, maupun berbagai penyakit lain dapat pula terjadi kerusakan sel-sel saraf di otak. Sel-sel saraf yang rusak itulah yang suatu saat dapat menjadi focus timbulnya kejang pada epilepsi.
Pada anak dengan epilepsi, hasil pemeriksaan EEG masih bisa normal
Jika seorang anak mengalami kejang berulang dua kali atau lebih pada episode yang berbeda dan tidak ada penyebab lain, anak tersebut sudah dikatakan epilepsi. Pemeriksaan EEG terutama untuk melihat bagian otak yang menjadi asal focus kejang (kanan/kiri, bagian depan/samping/belakang), penyebaran kejang ke daerah lain di otak, serta melihat jenis epilepsi. Semuanya bermanfaat untuk menentukan obat anti-epilepsi yang akan diberikan, jenis epilepsi, dan menentukan perjalanan epilepsi itu sendiri pada kemudian hari.

Minggu, 28 Januari 2018

AUTISME: ADAKAH HARAPAN?

Autisme masih merupakan momok bagi sebagian orang tua. Apakah anak saya menderita autisme? Bagaimana mengenali anak dengan autisme? Ke mana saya harus mencari bantuan? Apakah autisme bisa disembuhkan? Pada artikel ini akan dibahas mengenai autisme, bagaimana deteksi dini dan hubungannya dengan masa depan anak dengan autisme.
Mengenal autisme lebih jauh
Autisme atau yang sekarang disebut sebagai gangguan spektrum autisme (GSA) adalah kumpulan gangguan perkembangan dengan karakteristik lemahnya pada bidang interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku berulang atau minat terbatas. Angka kejadian autisme meningkat dari tahun ke tahun, namun sampai sekarang penyebab autisme masih belum diketahui secara pasti. Diduga faktor genetik dan faktor lingkungan merupakan penyebab dari gangguan ini.
Anak dengan autisme biasanya mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan sosial-emosional timbal balik. Mereka sulit diajak bercakap-cakap, kurang sampai tidak memiliki emosi atau ekspresi yang sesuai untuk suatu keadaan, atau tidak memberi respons sama sekali jika dipanggil atau diajak bicara. Tidak adanya kontak mata, tidak ada ekspresi wajah, atau bahasa tubuh lainnya dapat menunjukkan anak menderita autisme. Untuk anak yang lebih besar, dimana pertemanan biasanya mulai terbentuk, anak dengan autisme sulit menjalin pertemanan sampai tidak menaruh minat terhadap teman.
Perilaku, minat, dan aktivitas anak dengan autisme sangat terbatas (stereotipik) dan sifatnya berulang (repetitif). Dalam berbicara atau interaksi dengan benda, anak biasanya menggerakan anggota tubuh tertentu berulang-ulang, menderetkan mainan, menumpuk kaleng, mebalik-balik benda atau lembaran buku, atau mengulangi perkataan orang (ekolalia). Anak cenderung melakukan rutinitas seperti ritual dan kaku dan anak hanya menyukai benda atau mainan tertentu.
Selain reaksi yang kurang terhadap rangsangan luar, anak dengan autisme dapat memberikan reaksi berlebihan atau reaksi yang tidak wajar terhadap rangsangan nyeri, suhu, suara, atau tekstur benda. Gejala-gejala ini sampai mengganggu interaksi sosial, aktivitas sekolah, bermain, atau fungsi kehidupan anak sehari-hari.
Waspada red flags Autisme
Sangatlah penting bagi orang tua, pengasuh, guru, atau masyarakat awam untuk mewaspadai red flags (tanda bahaya). Red flags adalah tanda atau gejala yang apabila masih terlihat pada usia tertentu, harus segera dilakukan intervensi. Red flags tersebut antara lain:
  1. Tidak ada babbling (ocehan), tidak menunjuk, atau tidak menunjukkan mimik wajah yang wajar pada usia 12 bulan
  2. Tidak ada kata-kata berarti pada usia 16 bulan
  3. Tidak ada kalimat terdiri dari 2 kata yang bukan ekolalia pada usia 24 bulan
  4. Hilangnya kemampuan berbahasa atau kemampuan sosial pada usia berapa pun
  5. Anak tidak menoleh atau sulit menoleh apabila dipanggil namanya pada usia 6 bulan - 1 tahun
Apabila menemukan salah satu red flags, anak harus segera dibawa ke dokter spesialis anak untuk selanjutnya dilakukan skrining dan pemeriksaan lebih lanjut sehingga diagnosis dapat ditegakkan sedini mungkin dan intervensi dapat dilakukan atau anak dirujuk ke dokter spesialis saraf anak dan/atau disiplin ilmu lainnya.
Sebaiknya anak dibawa ke dokter spesialis anak untuk dilakukan skrining perkembangan rutin mulai usia 9 bulan, 18 bulan, dan 30 bulan. Pada usia 18 bulan dan 24 bulan, atau pada usia berapapun anak ditemukan red flags, anak dilakukan skrining khusus untuk autisme. 
Tata laksana autisme
Setelah anak didiagnosis autisme, anak membutuhkan konsultasi kepada ahli dari berbagai disiplin ilmu. Tidak semua anak dengan dengan autisme memerlukan terapi obat, tetapi semua anak dengan autisme harus mendapatkan intervensi non-obat, diikuti dengan sekolah dan pembinaan kemampuan mandiri serta kemampuan bekerja. Penilaian kebutuhan intervensi dilakukan oleh dokter saraf anak dan dokter rehabilitasi medis bersama terapis yang sudah berpengalaman. Penentuan intervensi ini berdasarkan dari usia anak, beratnya gejala, dan kemampuan intelektual anak.
Beberapa program dan teknik intervensi telah terbukti kuat secara ilmiah untuk menatalaksana autisme. Beberapa intervensi tersebut antara lain: sensory integrationsensory-based intervention, intervensi perilaku (program verbal behaviour), intervensi wicara, dan sekolah. Intervensi dilakukan oleh terapis yang ahli dan berpengalaman di tempat-tempat pelayanan autisme. Pelatihan terhadap orang tua sesuai dengan intervensi yang didapat anak juga perlu dilakukan, sehingga orang tua tahu apa yang harus diperbuat dan secara tidak langsung mengurangi stres.
Masa depan anak dengan autisme
Berkembangnya ilmu kedokteran menimbulkan harapan pada penyakit autisme. Sudah semakin banyak instrumen skrining yang dapat dipakai untuk mendeteksi dini autisme dengan lebih spesifik. Semakin dini diagnosis autisme ditegakkan, maka semakin cepat pula intervensi yang dapat diberikan. Hal ini telah terbukti memberikan hasil yang lebih baik. Sebuah penelitian menunjukkan sebesar 20% anak dengan autisme dapat mandiri dalam kesehariannya atau hanya membutuhkan sedikit bantuan, 30% independen terbatas dan memerlukan bantuan, dan 50% masih membutuhkan pengawasan terus menerus atau memerlukan perawatan di tempat khusus atau rumah sakit.





Sabtu, 27 Januari 2018

KEJADIAN LUAR BIASA DIFTERI : BAGAIMANA ORANG TUA BERSIKAP

Bulan Desember 2017 ditandai dengan merebaknya penyakit difteri. Laporan penyakit ini berdatangan dari seluruh negeri, membuat jumlah kasus meningkat pesat hingga melebihi angka 700 sepanjang tahun. Tentu kejadian luar biasa yang menakutkan ini perlu diketahui oleh para orang tua. Berikut adalah beberapa fakta mengenai KLB difteri di Indonesia.
  1. Difteri adalah penyakit mematikan. Sebelum vaksin ditemukan, sekitar separuh penderita meninggal dunia. Pada jaman itu beberapa orang terkenal diduga juga meninggal karena penyakit difteri. Situasi berubah dramatis sejak vaksin ditemukan.
  2. Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Bakteri ini mampu menghasilkan racun yang merusak sel di tingkat lokal maupun menyeluruh. Di tingkat lokal, yang tersering terlihat adalah bercak atau selaput putih kotor, terutama di dalam rongga mulut. Secara menyeluruh, racun difteri sering menyerang jantung dan menyebabkan kematian.
  3. Difteri dapat dicegah. Salah satu upaya pencegahan paling penting adalah melalui imunisasi. Vaksin difteri adalah salah satu vaksin tertua yang masih digunakan hingga saat ini. Kemampuan vaksin ini sangat baik. Vaksin tidak cukup diberikan hanya 3 kali. Sedikitnya seseorang harus menerima 6-7 kali dalam hidupnya.
  4. Penularan utama difteri adalah melalui percikan cairan atau ludah (droplet). Penyakit ini tidak menular untuk jarak yang relatif jauh.
  5. Difteri dapat menyerang semua organ. Dimanapun yang diserang pasti akan terlihat selaput atau bercak putih dengan persyaratan tertentu. Seandainya meragukan, penilaian dari orang yang lebih berkompeten sangat penting.
  6. Pengobatan difteri terdiri dari beberapa unsur seperti isolasi, anti racun, antibiotika, pengobatan keluhan tambahan, melengkapi imunisasi, dan pengobatan komplikasi.
  7. Karena menular, pada setiap kasus difteri selalu dilakukan penelusuran orang terdekat di lingkungan penderita. Kelompok yang dievaluasi adalah orang serumah, teman sekelas, rekan sekantor, teman sepermainan, dsb. Kepada mereka ini dapat diberikan upaya pencegahan, imunisasi, serta pemeriksaan hapusan dari hidung dan tenggorok.
  8. Ada lebih dari 20 provinsi yang terdampak tahun 2017. Daerah dengan jumlah kasus terbanyak adalah Jawa Timur dan Jawa Barat.
Menyikapi beberapa fakta mengenai penyakit difteri di atas, berikut adalah saran bagaimana sebaiknya orang tua bersikap.
  1. Selalu memperbaharui status imunisasi anak. Periksalah data imunisasi anak secara berkala. Jika telah tiba saat imunisasi segera bawa ke sarana kesehatan. Jika terlambat, imunisasi tetap dapat diberikan.
  2. Hindari kerumunan banyak orang dan menggunakan masker untuk mengurangi kemungkinan penularan di tempat umum. Secara fisik, orang yang membawa bakteri difteri di tubuhnya tidak akan dapat dibedakan dengan mereka yang sehat. Kewaspadaan perlu lebih dituingkatkan.
  3. Jika anak sakit, selalu mengecek rongga mulut. Anak diminta membuka mulutnya. Jika nampak lapisan atau bercak putih, segera bawa anak berobat. Semua difteri selalu ditandai dengan bercak putih namun tidak semua bercak putih adalah difteri.
  4. Mengikuti petunjuk petugas kesehatan, baik dalam hal pencegahan, diagnosis, serta pengobatan.
  5. Orang tua sebaiknya tetap tenang dan tidak perlu panik. Semua hal akan menjadi lebih terarah bila dilakukan dengan tenang. Melakukan upaya pencegahan, memeriksakan secara dini anak sakit, serta mengupayakan pengobatan sesegera dan setepat mungkin adalah hal penting dalam menghadapi penyakit difteri.
  6. Apabila ada anggota keluarga yang sakit, seluruh anggota keluarga dan semua orang yang tinggal di rumah yang sama perlu ditelusuri. Penelusuran mencakup pemeriksaan hidung tenggorok, pemberian obat pencegahan, dan melengkapi imunisasi. Kegiatan ini dilakukan terkoordinir oleh petugas dinas kesehatan setempat.
  7. Menyikapi berita miring atau gosip atau hoax menyangkut difteri dan imunisasi secara bijaksana. Setiap berita perlu dievaluasi kebenarannya, bahkan yang berasal dari orang yang kita percayai sepenuhnya. Disarankan berita di media sosial atau media massa tidak langsung disebarluaskan sebelum dibuktikan kebenarannya.
  8. Hanya menggunakan sumber terpercaya untuk memperoleh informasi mengenai difteri serta imunisasi. Sumber ini bisa berasal dari Ikatan Dokter Anak Indonesia, Ikatan Dokter Indonesia, Rumah Sakit terakreditasi, Kementerian Kesehatan RI, serta media massa terkemuka dengan reputasi baik.
  9. Mengikuti petunjuk petugas kesehatan sekiranya memang terkena penyakit difteri. Aturan isolasi, lama pengobatan, variasi jenis obat, kesulitan dalam pengobatan, serta beberapa hal lain akan menjadi jauh lebih baik bila dikerjakan sepenuhnya dalam koordinasi dengan petugas kesehatan.
Khusus mengenai Outbreak Response Immunization (ORI), berikut beberapa hal untuk diketahui orang tua :
  1. ORI adalah salah satu respon dalam situasi kejadian luar biasa (KLB)
  2. Sasaran ORI saat ini adalah seluruh anak berusia di bawah 19 tahun.
  3. Semua sasaran akan menjalani 3 kali imunisasi, pada bulan ke-0, 1, dan 6. Semua sasaran tidak lagi dipengaruhi oleh status imunisasi sebelumnya.
  4. ORI hanya dilakukan di daerah tertentu sesuai ketentuan pemerintah. Daerah di luar ORI tidak melakukan kegiatan ini.
  5. ORI tidak perlu ditanggapi dengan kepanikan. Sebaliknya, bawalah semua orang berusia di bawah 19 tahun di dekat anda untuk menerima imunisasi dalam rangka ORI ini.
  6. Mereka yang tinggal di luar daerah ORI namun berkeinginan mendapatkan imunisasi seperti ORI dapat menghubungi puskesmas/RS setempat.
  7. Mereka yang tidak berasal dari daerah ORI namun mengunjungi daerah ORI ini juga boleh mendapat imunisasi.
  8. Informasi yang benar perlu disebarluaskan dengan tujuan sebanyak mungkin orang akan hadir untuk ORI.

Sudden Death Paska Olah Raga


Meninggalnya Adjie Massaid setelah main sepak bola menambah panjangnya cerita "sudden death" paska olah raga. Beberapa artis dan selebritis meninggalnya paska bermain bola, teman dan kerabat dekat juga pernah kita dengar meninggal setelah berolah raga. Sepak bola dan futsal memang merupakan olah raga yang membuat jantung kita akan bekerja keras,kadang kita harus sprint,berlari kesana-kemari dan kadang akan menimbulkan stress tertentu, apalagi kalau kita memainkan olah raga tersebut secara serius.
Exercise yang berlebihan sendiri merupakan sesuatu keadaan yang bisa memicu serangan jantung (heart attack) atau pecahnya pembuluh darah otak(stroke). Pada kondisi memang sudah ada gangguan pada pembuluh darah jantung berupa sumbatan karena aterosklerosis sumbatan tersebut akan terlepas saat kita berolah raga keras seperti sepak bola dan futsal tadi. Dan akan menyebabkan sumbatan ditempat lain pada pembuluh darah tersebut.

Sehingga bagi mereka yang berumur diatas 40 tahun dan tidak pernah check up apalagi dengan berbagai faktor resiko seperti umur diatas40tahun,obesitas,merokok,hipertensi,hiperkolesterol,hipertrigliserida, DM,Riw keluarga dengan sakit jantung,kurang olah raga rutin dan stress,harus berpikir kembali untuk mengikuti olah raga melelahkan seperti sepak bola dan futsal. Lebih baik memilih olah raga ringan saja.

Bagaimana mengenali sesuatu yang tidak beres pada tubuh kita saat olah raga? Sebenarnya kita bisa mendeteksi kalau ada sesuatu yang tidak beres pada organ tubuh kita. Sesak nafas, lelah yang tidak seperti biasanya,nyeri di dada terutama dada kiri, nyeri di daerah ulu hati setelah atau saat melakukan aktifitas olah raga tertentu merupakan gejala yang harus kita amati dan tentu dievaluasi lebih lanjut.

Pemeriksaan treadmill,merupakan salah satu skrining yang bisa mengidentifikasi adanya permasalahan pada jantung kita.
Pada waktu pemeriksaan treadmill, kita akan melakukan aktifitas jalan dan secara bertahap berlari dimana aktifitas jantung akan direkam dengan EKG dan tentu dipantau tekanan darah serta nadi dan keluhan lain yng muncul selama kegiatan treadmill tersebut. Treadmill test (TMT) merupakan salah pemeriksaan check up penting yang harus dijalankan bagi mereka yang berumur diatas 40 tahun. Sehingga adanya kelainan jantung dapat diidentifikasi lebih awal. Apalagi bagi mereka yang mempunyai faktor resiko seperti,laki-laki,umur diatas 40 tahun,obesitas,merokok,hipertensi,hiperkolesterol,hipertrigliserida, DM,riwayat keluarga dengan sakit jantung,kurang olah raga dan stress seperti yang saya sebutkan diatas tadi.

Kembali lagi akhirnya pada kesempatan ini tidak ada proses penyakit yang terjadi tiba-tiba tetapi manifestasi klinisnya bisa tiba-tiba, cuma masalahnya gangguan kesehatan harus diidentifikasi dengan pemeriksaan,check up merupakan hal penting yang harusnya rutin untuk dilakukan,sehingga kita tidak akan terkaget2 akan kematian mendadak yang terjadi diseputar kita.


Jumat, 05 Januari 2018

Gemuk : Beresiko Menderita Osteoartritis Sendi Lutut

Kota metropolitan mempunyai konsekwensi terjadinya hal – hal yang berpengaruh buruk terhadap kesehatan. Makanan – makanan cepat saji dengan mudah dapat ditemukan dimana – mana, sehingga kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsinya semakin mudah dilakukan. Namun pengaruh buruk berupa ketidak – seimbangan gizi terjadi. Umumnya makanan – makanan cepat saji itu akan mengandung kadar kolesterol tinggi. Ditambah lagi kebiasaan jelek yang sering dilakukan masyarakat adalah kurangnya aktifitas olah raga. Kesemua ini akan mengakibatkan kegemukan.

Kejadian penyakit – penyakit jantung, pembuluh darah seperti stroke, tekanan darah tinggi, diabetes mellitus, merupakan penyakit yang sebelumnya didasari akibat kegemukan (obesitas) akibat karena gizi yang berlebih. Kegemukan, selain penyakit tersebut dapat pula mengakibatkan terjadinya penyakit reumatik yang disebut osteoartritis (OA).

Osteoartritis merupakan penyakit reumatik, salah satunya disebabkan oleh karena beban yang berlebih dalam jangka waktu lama yang diterima oleh sendi lutut. Sehingga terjadi kerusakan pada struktur rawan sendi yang menjadi bantalan. Bantalan tersebut berguna untuk menghindari gesekan antara dua tulang yang membentuk persendian, yaitu tulang paha dan tulang tibia. Oleh karena beban yang berlebih itu akan menyebabkan penipisan tulang rawan dan selanjut akan terjadi robekan pada permukaan. Hilang fungsi rawan sendi ini akan mengakibatkan nyeri pada sendi lutut. Beberapa aktifitas sehari – hari penderita akan terganggu, seperti berdiri saat melakukan aktifitas, naik turun tangga, sehingga juga akan menyebabkan produktifitas akan menurun.
Obesitas merupakan faktor risiko penting terjadinya Osteoartritis sendi lutut, karena dapat menerangkan bagian pokok dari kejadian OA sendi lutut. Sebagian besar berat badan akan ditopang oleh sendi lutut (weight bearing joint) pada saat berjalan. Peningkatan berat badan akan meningkatkan risiko OA sendi lutut. Penelitian menunjukkan bahwa penurunan berat badan 5 kg akan menurunkan kejadian OA sendi lutut pada wanita sapai 50%. Sehingga pencegahan dengan menjaga berat badan yang ideal, maka akan mengurangi kejadian OA sendi lutut. Demikian pula dengan yang ditimbulkan oleh kegemukan tersebut, seperti penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, hipertensi dsb, tentunya juga akan dicegah. 

Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan beberapa faktor biologik spesifik. Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Obesitas akan terjadi bila adanya ketidak seimbangan jangka panjang antara masukan energi (energy intake) dan pengeluaran energi (energy expenditure), dimana energy intake lebih besar dari energy expenditure.

Di Amerika Serikat terdapat 35% orang dewasa tergolong overweight (IMT 25 – 29,9 kg/m2) dan sekitar 2,5% tergolong obes (IMT > 30,0 kg/m2). Semakin meningkatnya prevalensi obesitas pada anak dan dewasa cukup memperihatinkan, mengingat obesitas diketahui meningkatkan hampir semua penyebab kematian. Walaupun di Indonesia belum ada data baku mengenai epidemiologi kegemukan, namun terkesan terdapat peningkatan jumlah kejadian kegemukan, terutama di kota – kota besar tadi akibat karena mudahnya akses mendapatkan makanan cepat saji, dan kurangnya aktifitas fisik yang rutin. Di Jakarta, terdapat peningkatan prevalensi obesitas dalam jangka 10 tahun (1982-1992) dari 4,2% dan 4,7% menjadi 10,9% dan 24,1% masing – masing pada laki – laki dan wanita. Penelitian lain menunjukkan prevalensi kejadian OA di Malang, prevalensi OA di kota yaitu 10.0 %, lebih tinggi bila dibandingkan di pedesaan yaitu 13.5%.  Menjadi pertanyaan apakah karena di kota orang – orang lebih banyak kegemukan oleh karena mudahnya akses mengkonsumsi makanan yang bergizi tidak seimbang.

Dampak yang ditimbulkan oleh OA sangat besar, oleh karena akan mempengaruhi aktifitas keseharian penderita. Misalnya mengerjakan pekerjaan sehari – hari dirumah, seperti pekerjaan ibu – ibu rumah tangga. Demikian pula dengan pekerjaan di luar rumah. Masalah utama yang muncul pada penderita OA adalah nyeri pada sendi lutut terutama saat melakukan aktiftas, terjadi kekakuan sendi lutut. Penderita OA akan terganggu melakukan aktifitas seperti misalnya jongkok, naik turun tangga, sehingga bagi penderita yang beragama Islam akan mengganggu kekhusuan melakukan ibadah sholat lima waktu.

Bagaimana obesitas menyebabkan OA sendi lutut dapat diterangkan sebagai berikut; pada kondisi obes akan meningkatkan beban yang diterima oleh permukaan sendi lutut, pada akhirnya dapat menimbulkan kerusakan kartilago sendi secara mekanis maupun kerusakan secara biologis. Proses inisiasi kerusakan rawan sendi akan menyebabkan terjadinya pembentukan rawan sendi abnormal. Inisiasi proses ini akan menyebabkan teraktivasinya kaskade inflamasi maupun perusakan secara enzimatik terhadap rawan sendi lutut. Adanya respon inflamasi memicu rangkaian enzimatik yang berakhir dengan kerusakan rawan sendi sebagai target kerusakan pada patogenesis OA termasuk OA sendi lutut.

Sendi lutut merupakan alat keseimbangan, sehingga struktur otot yang mengelilingi sangat penting. Pada kegemukan massa lemak intra muskuler meningkat. Peningkatan massa lemak tersebut akan menyebabkan kelemahan pada saat berjalan, berdiri dan mengarahkan keterbatasan gerak. Meningkatnya beban pada sendi lutut yang dikelilingi oleh otot yang lemah menyebabkan menurunnya kemampuan otot menahan tekanan yang dapat menyebabkan trauma pada kartilago. Jika tekanan atau beban itu bersifat mekanis, maka dapat menjadi penyebab OA yang ditemukan jelas pada mereka dengan kegemukan.
Bila trauma atau beban ini berlanjut terus menerus, maka beberapa keluhan yang akan diderita akan semakin berat. Nyeri pada sendi lutut juga akan mengakibatkan penderita akan mengurangi aktifitas atau gerakan pada sendi lututnya, sehingga juga akan berdampak pengecilan otot – otot (atrophy) penopang tubuh disekitar sendi lutut. Dampak lain dari atrofi ini adalah terjadi kelemahan otot penyanggah tubuh, sehingga beban akan semakin besar lagi pada permukaan sendi lutut. Selain itu juga timbul penumpukan cairan dalam rongga sendi lutut yang dikenal dengan efusi genu. Efusi ini juga akan semakin menambah nyeri pada sendi lutut dan akan semakin membatasi beban pada sendi lututnya oleh penderita. Sehingga akan terjadi suatu lingkaran setan (siklus vitiosus), nyeri pada sendi lutut dan efusi genu akan mengakibatkan pembatasan gerak sendi lutut, selanjutnya menyebabkan atrofi otot – otot penyanggah tubuh, beban sendi akan semakin bertambah karena kelemahan otot.
 
Upaya – upaya pencegahan yang dapat dilakukan ditujukan terutama menghilangkan trauma atau jejas pada rawan sendi. Upaya – upaya itu dapat dilakukan dengan pemberian pengobatan maupun dengan upaya pencegahan. Namun jika upaya pencegahan dapat dilakakan secara dini maka akan jauh lebih bermanfaat dan besar hasilnya jika hanya dengan memanfaatkan pengobatan. Upaya pencegahan akan jauh lebih baik, lebih murah bila dibandingkan dengan pengobatan.
 
Jika memperhatikan penyebab dari OA sendi lutut ini, salah satunya adalah akibat kegemukan, maka salah satu upaya pencegahan dapat dilakukan adalah dengan menjaga agar berat badan tetap dalam kategori ideal. 
Menjaga berat badan ideal merupakan suatu tindakan bijaksana yang bertujuan menghilangkan trauma pada sendi penopang tubuh. Seperti disebutkan sebelumnya dengan menurunkan IMT maka angka prevalensi kejadian OA baik pada pria maupun wanita dapat diturunkan. Memberikan pencerahan kepada masyarakat untuk memiliki postur tubuh yang proporsional perlu digaungkan. Konsumsi makanan cepat saji yang mempunyai nilai gizi tidak seimbang sebaiknya dihindari. 
 
Disamping itu dengan melakukan olah raga teratur. Olah raga akan menjaga kebugaran tubuh sehingga akan selalu tercapai keseimbangan. Keseimbangan energi karena selalu melakukan pembakaran – pembakaran energi. Selain itu dengan olah raga juga akan melatih otot – otot penyanggah tubuh khususnya otot penyanggah disekitar sendi lutut akan menjadi kuat. Menguatkan otot – otot penyanggah disekitar sendi lutut berarti mengambil alih sebagian beban lutut oleh otot – otot tersebut. Otot tersebut adalah otot quadrisef, otot sartorius, otot gastroknemius dsb. 
 
Kesimpulan : kejadian OA sendi lutut berhubungan dengan kegemukan. Kegemukan akan memberikan trauma pada rawan sendi lutut, bila trauma ini berlangsung lama, selanjutnya akan mengakibatkan penipisan rawan sendi. Sehingga fungsi sebagai shock absorbent untuk mencegah trauma pada tulang tidak dapat diperankan lagi oleh tulang rawan tersebut. Kegemukan terjadi karena energy intake dan energy expenditure tidak seimbang. Kegemukan dapat dicegah dengan mengkonsumsi zat gizi seimbang dan melakukan aktifitas olah raga untuk melakukan pembakaran dan memperkuat otot – otot penopang sendi lutut. Sehingga orang gemuk belum tentu sehat, tetapi berisiko menderita osteoartritis sendi lutut.

Kamis, 04 Januari 2018

Apa Yang Anda Ketahui Tentang Alergi..?

Alergi terjadi karena ada perubahan reaksi terhadap bahan tertentu. Hal tersebut tidak terjadi pada kebanyakan orang,  misalnya makan udang  atau obat yang sebelumnya tidak menimbulkan apa-apa, pada suatu waktu menyebabkan gatal-gatal. Jadi alergi adalah reaksi  abnormal  terhadap suatu bahan yang disebut alergen. Alergi dipengaruhi dua faktor, yaitu faktor genetik dan lingkungan. Umumnya 80% penyakit alergi merupakan faktor genetik. Alergen terdapat dalam lingkungan hidup sehari-hari, dapat berupa alergen dalam rumah dan alergen luar rumah, serta dapat menimbulkan reaksi alergi ringan sampai berat. Reaksi tersebut dapat terjadi pada setiap golongan umur, umumnya lebih sering terjadi pada bayi. Bila bayi menjadi besar, jenis makanan yang menimbulkan reaksi alergi dapat berubah. Umumnya penyebab alergi makanan adalah proteinnya. Alergi dapat disebut suatu penyakit karena adanya reaksi yang menyimpang.

Reaksi orang berbeda-beda ketika terkena alergi. ada merasa gatal-gatal, perih dan panas pada kulit, bengkak, hingga diare. Tergantung organ yang terkena, alergi dapat mengenai organ pernapasan (asma dan rinitis alergi), organ kulit (dermatitis atopi dan urtikaria), dan juga pencernaan (diare).

Alergi menurut cara masuknya ke dalam tubuh, dapat melalui alergen hirup (tungau debu rumah, serbuk sari, spora jamur, serpihan kulit hewan piaraan), alergen ingestan (makanan, obat oral), alergen injektan (obat suntik) dan alergen kontaktan (logam, kosmetik, lateks).Pada orang yang sensitif, alergen (zat pencetus alergi) akan mendorong produksi antibodi. Antibodi terikat pada sel yang mengandung histamin. Sel akan melepaskan histamin saat antibodi terstimulasi alergen. Akibatnya, terjadi pembengkakan jaringan, produksi lendir, gatal, kejang otot, bintik, bentol, atau gejala lain. Berat ringannya gejala bervariasi. Manifestasi gejala tergantung bagian tubuh yang kontak dengan alergen. Alergen yang dihirup menyebabkan hidung tersumbat, gatal pada hidung dan tenggorokan, produksi lendir, batuk atau bersin. Asupan alergen dari makanan menyebabkan mual, muntah, sakit perut, kram perut atau diare, bahkan bisa mengancam jiwa. Alergi pada tumbuhan menyebabkan gatal pada kulit. Alergen terdiri dari zat yang berasal dari lingkungan, seperti serbuk sari bunga, jamur, debu, bulu binatang, serta zat buatan manusia, seperti obat, perhiasan, dan kosmetik.

Alergi dikatakan berat jika terjadi reaksi yang mengancam nyawa seperti reaksi syok anafilaktik dikarenakan alergi obat atau gigitan serangga.Asma yang tidak terkontrol dan dalam keadaan serangan akut, bila tidak ditangani dengan tepat, dapat mengancam nyawa. Alergi dapat menyebabkan kematian bila terjadi reaksi syok anafilaksis. Anafilaksis adalah suatu respon klinis hipersentivitas yang berat dan menyerang berbagai macam organ. Reaksi hipersentifitas ini adalah reaksi tipe cepat atau hipersensitifitas tipe 1. Hipersensitifitas tipe 1 adalah reaksi antara antigen spesifik dan antibodi spesifik yang terikat pada sel mast. Ketika IgE spesifik terbentuk melawan antigen makanan pada orang yang peka, paparan berikut terhadap antigen mengakibatkan pengaktifan IgE-mediated dari sel mast dan basofil, yang diikuti pelepasan histamin, triptase dan unsur biologis aktip lainnya. Kadangkala mekanisme penyebab anafilaksis tidak diketahui, seperti anafilaksis yang dicetuskan oleh metabisulfit yang digunakan bahan pengawet makanan. Onset dan perjalanan penyakit anafilaksis dapat bervariasi dianatara beberapa penderita, Manifestasi anafilaksis yang terjadi sangat banyak karena mengakibatkan kumpulan gejala dari gangguan beberapa organ dan fungsi tubuh. Manifestasi klinis anafilaksis yang dapat terjadi karena reaksi alergi makanan adalah urticaria (hives), eritema (kemerahan menyeluruh), eruritus (gatal yang luas) tanpa rash, angioedema (swelling), edema laring, asma, rinitis, konjungtivitis, gatal palatum dan saluran meatikus akustikus eksterna, mual , muntah, nyeri perut, palpitasi, dada berdebar, pingsan, dan gangguan kesadaran.

Manifestasi klinis yang paling berat yang paling sering dianggap sebagai penyebab kematian adalah edema laring dan kolaps kardiovaskular. Sebuah penelitian menyebutkan keluhan utama yang didapatkan berturut turut adalah bengkak pada wajah (76%), urtikaria (69%), gangguan pernapasan (66%) dan saluran cerna (4%). 
Manifestasi kulit seperti urtikaria dan angiedema dilaporkan terjadi pada sekitar 88% reaksi anafilaksis. Kemerahan kulit didapatkan 46%, pruritus tanpa rash didapatkan 5%. Hampir selalu didapatkan manifestasi kulit pada reaksi anfilaksis dan diagnosis akan diragukan bila tidak didapatkan manifestasi kulit. 
Gejala saluran napas dapat berupa napas tersumbat, atau sesak, disertai mata berair, bersin, hidung ingusan atau tersumbat. Dapat ditemukan mengi. Gejala kardiovaskular temasuk debar-debar, aritmia, hipotensi dan pingsan. Pasien mungkin mengeluh mual, nyeri perut kram, disertai muntah dan diare, dapat timbul kejang. Gambaran yang mengancam jiwa adalah syok, edema jalan napas atas, dan obstruksi bronkial.

Penyebab reaksi anafilaksis adalah:
1. Obat (antibiotik, bahan anestesi)
2. Makanan (kacang tanah, kacang pohon, makanan laut, dan lain-lain)
3. Bahan bilogis (lateks, insulin, ekstrak alergen, antiserum, produk darah, enzim)
4. Gigitan serangga

Upaya pengobatan alergi dilakukan dengan pencegahan diikuti dengan terapi obat-obatan. Tanpa pencegahan terhadap faktor pencetusnya, pengobatan tidak dapat optimal.

Jenis-jenis Tes Alergi ;
- Tes Tusuk Kulit/Skin Prick Test untuk asma bronkial, rinitis alergi dan dermatitis atopi.
- Tes Tempel/Patch Test untuk eksem kontak.
Tes alergi dapat dilakukan pada Spesialis Penyakit Dalam Alergi, Spesialis Kulit Alergi dan Spesialis THT Alerg

Rabu, 03 Januari 2018

Rumor Seputar Penggunaan INSULIN

Pendahuluan

Sejarah pemakaian insulin dimulai sekitar awal tahun 1920-an, ketika Tuan Frederick Banting and Tuan Charles Best berhasil  mengisolasi insulin dari pankreas seekor anjing lalu menyuntikkannya ke seorang anak diabetes tipe 1. Keajaiban ditunjukkan pada saat itu, dimana anak yang awalnya sangat kurus kemudian bisa menjadi sehat dan gemuk setelah disuntik dengan insulin. Sejak saat itu dunia ilmu pengetahuan sangat tertarik dan banyak melakukan penelitian tentang insulin, dan akhirnya pada tahun 1950 an, urutan asam amino insulin dapat diidentifikasi lalu insulin juga sudah bisa dimurnikan. Akhirnya kita lihat saat ini insulin dapat diproduksi secara masal melalui teknologi rekombinan dengan menggunakan jasa bakteri. Penemuan insulin merupakan tonggak sejarah terpenting di dunia kedokteran terkait kemampuan mengisolasi protein tertentu sehingga penemunya mendapat hadiah Nobel kedokteran.
 
Peran Insulin pada Pengobatan Diabetes
 
Diabetes adalah penyakit kronik yang ditandai dengan kadar gula darah tinggi yang berkepanjangan sehingga sering mengakibatkan beragam penyakit aterosklerosis ( serangan jantung, stroke, penyakit pembuluh darah perifer, gagal ginjal kronik, kebutaan, amputasi dan lain-lain ). Gula darah yang tinggi adalah akibat pabrik insulin, yaitu pankreas, tidak mampu memproduksi insulin ( disebut insulin endogen ) sesuai dengan kebutuhan tubuh, sekaligus sel-sel tubuh menjadi kurang sensitif dengan insulin, akibatnya dibutuhkan insulin yang lebih banyak untuk memasukkan gula darah ke dalam sel. Seperti dipahami bahwa insulin berfungsi seperti anak kunci yang membuka “pintu” di dinding sel, selanjutnya “pintu” tersebut menjadi terbuka dan gula darah dapat masuk ke dalam sel sehingga bisa diolah untuk menghasilkan energi. Jika gagal dimasukkan ke dalam sel maka gula darah akan tetap di pembuluh darah dan  bila diukur kadarnya tinggi, itulah yang disebut dengan diabetes. 
 
Beragam usaha untuk menurunkan gula darah telah diupayakan, baik dalam bentuk obat makan maupun obat injeksi. Obat makan juga tersedia dalam beragam cara kerja, ada yang meningkatkan pengeluaran insulin dari pabriknya dan ada juga yang bekerja dengan meningkatkan kepekaan sel-sel tubuh terhadap insulin. Di sisi lain ada juga usaha meningkatkan kadar insulin itu sendiri dengan menambah insulin dari luar tubuh ( insulin eksogen ), hanya saja sampai saat ini insulin eksogen baru tersedia dalam bentuk suntikan, walaupun manusia sangat bercita-cita membuat insulin dalam bentuk selain suntikan sehingga mudah diterima oleh pasien. Dalam keadaan tertentu, insulin bahkan merupakan satu-satunya pilihan untuk menurunkan gula darah, seperti saat dokter ingin menurunkannya secara cepat, pada diabetes tipe 1, gagal dengan obat makan, pada keadaan kritis, diabetes dengan kehamilan, dan lain-lain.
Pada diabetes tipe 2 ( lebih dari 95% diabetes  merupakan tipe 2 ), memang awalnya dipakai obat-obat makan, disamping perencanaan makan dan olah raga, hanya saja karena saat didiagnosis kapasitas pabrik insulin ( pankreas ) tersisa hanya 50%, maka seringkali diabetes tipe 2 pada akhirnya juga butuh insulin. Tidak mudah untuk menawarkan insulin pada pengidap diabetes, karena sebagian besar dari mereka kurang mendapatkan informasi yang baik dan benar tentang insulin. Biasanya pengidap diabetes mendapat rumors dari orang non medis yang seringkali banyak salahnya daripada benarnya, sehingga jika tiba saatnya mereka harus memakai insulin timbul penolakan akibat persepsi yang salah tentang insulin. Dari penelitian-penelitian  yang ada sekitar 54,5 % ( DAWN study ) pasien diabetes tanpa  insulin khawatir jika memakai insulin, dan 27% menolak saat ditawarkan insulin ( UKPDS ).
 
Rumors tentang Insulin
 
Di masyarakat awam banyak sekali rumors yang beredar tentang insulin, sebagian diantaranya benar tetapi sebagian besar adalah salah bahkan menyesatkan. Untuk itu perlu ada klarifikasi dan diseminasi informasi yang benar tentang insulin sehingga diharapkan masyarakat lebih mudah menerima insulin jika memang diperlukan untuk pengobatan diabetesnya. Beberapa rumors diantaranya adalah:
 
A. Insulin menyebabkan kecanduan
Insulin disalahpersepsikan seperti narkoba yang bisa menyebabkan kecanduan, tentu pemahaman ini salah dan perlu diperbaiki. Insulin tidak menyebabkan ketagihan apalagi kecanduan. Kadang-kadang juga ada pendapat bahwa: “sekali insulin tetap insulin”. Padahal seringkali pasien-pasien yang pulang rawat justru tidak butuh insulin lagi walaupun dalam perawatan di rumah sakit mereka memakai insulin. Memang untuk pasien-pasien yang sudah lama mengidap diabetes tipe 2 seringkali gagal dengan obat makan dan butuh insulin. Untuk kasus-kasus seperti ini dokter juga tidak bisa menjamin apakah diabetesnya bisa terkontrol hanya dengan obat makan, sehingga dibutuhkan insulin terus-menerus. Semuanya tergantung dengan kapasitas cadangan pabrik insulin yaitu pánkreas dan derajat resistensi sel-sel tubuh terhadap insulin.
 
B. Insulin hanya untuk diabetes tipe 1
Untuk diabetes tipe 1 ( sering timbul di usia anak-anak ) jelas bahwa mereka dari awal harus memakai insulin karena terjadi kekurangan insulin absolut sehingga harus memakai insulin dari luar tubuh. Untuk diabetes tipe 2 biasanya awalnya bisa terkontrol dengan obat makan, hanya saja saat didiagnosis diabetes sebenarnya penyakitnya sudah berproses lama ( 10-12 tahun sebelumnya ), sehingga kapasitas cadangan produksi insulinnya sudah jelek ( tinggal 50% ). Dengan berjalannya waktu kapasitas cadangan tersebut semakin lama semakin menurun, apalagi jika gula darahnya sering tidak terkontrol maka penurunan tersebut akan semakin cepat dibandingkan dengan orang yang selalu terkontrol ( efek racun dari gula darah tinggi dan asam lemak ). Jadi pada diabetes tipe 2 juga sering membutuhkan insulin manakala kapasitas produksi pankreasnya sudah jelek. 
 
C. Insulin hanya dipakai jika penyakitnya sudah parah dan sebagai jalan terakhir
Karena diabetes adalah penyakit kronik yang berkepanjangan dan komplikasinya juga merupakan penyakit berat maka konsep pengelolaannya adalah sedapat mungkin dengan menggunakan beragam cara mengontrol gula darah ke keadaan normal. Saat ini beberapa pedoman pengobatan menganjurkan kombinasi obat makan dengan insulin sedini mungkin tanpa perlu harus menunggu gagal dengan 2 atau 3 obat terlebih dahulu. Dengan demikian insulin bukan jalan terakhir jika memang pasiennya bersedia menggunakan insulin.
 
D. Suntik insulin sakit
Saat ini alat-alat delivery insulin semakin canggih dan nyaman untuk pasien. Jarum insulin dengan ukuran supra kecil dengan panjang kurang dari ½ sentimeter membuat rasa sakit hampir tidak ada. Apalagi jarum insulin saat ini juga sudah dilapisi dengan silikon sehingga rasa sakitnya semakin berkurang. Biasanya setelah merasakan sekali dua kali pasien akan terbiasa dan tidak lagi merasakan sakit. Bentuknya tidak lagi menakutkan seperti jarum tetapi sudah dikemas seperti pen yang lucu dan mudah kemana-mana.
 
E. Insulin mahal
Hampir semua sediaan insulin saat ini masuk daftar obat PT Askes, sehingga para pengguna asuransi kesehatan PT Askes bisa memanfaatkannya. Karena semua insulin dapat diproduksi masal dengan menggunakan teknologi rekayasa genetika maka biaya semakin murah.  Begitu juga dengan Askeskin ( asuransi kesehatan untuk warga miskin ) juga menyediakan tanggungan untuk beberapa jenis insulin.
 
F. Insulin dapat mengakibatkan kebutaan
Pendapat ini benar-benar menyesatkan, bahkan harapannya adalah jika diabetes dapat terkontrol dengan baik sedini mungkin, maka kebutaan tersebut dapat dihindari. Seperti dipahami saat ini diabetes adalah penyebab kebutaan tersering di dunia pada orang dewasa.
 
G. Insulin dapat mengakibatkan cuci darah
Saat ini diabetes adalah penyebab tersering cuci darah di negara-negara maju. Dengan mengontrol diabetes dengan cara apapun, termasuk insulin, maka diharapkan pengidap tidak sampai harus cuci darah. Tentunya tidak cukup gula darah yang dikontrol tetapi juga faktor risiko lain seperti tekanan darah, kolesterol, dan lan-lain. Seringkali pasien datang sudah dengan gangguan fungsi ginjal yang berat lalu ditawarkan insulin, sehingga disimpulkan bahwa insulinlah yang menyebabkab pasien menjadi cuci darah.
 
H. Repot, makan waktu banyak dan hidup menjadi terkungkung
Memang jika sudah memakai insulin ada aktifitas baru yang secara rutin harus dikerjakan. Hanya saja para dokter tidak langsung menawarkan 2 atau 3 kali suntikan sehari, tetapi sekali sutikan terlebih dahulu dan dikombinasikan dengan obat makan yang sudah dpakai sebelumnya. Saat ini hampir sebagian besar insulin menggunakan pen yang canggih dan tidak menakutkan. Dengan menggunakan pen maka tidak serepot jika memakai jarum suntik biasa, waktu yang digunakan juga lebih sedikit. Pen bisa dibawa kemana-mana seperti pulpen dan dimasukkan ke saku.
 
I. Insulin terbuat dari babi
Saat ini di manapun tidak ada lagi insulin yang terbuat dari binatang, semuanya merupakan insulin dengan urutan asam amino insulin manusia atau derivatnya. Insulin manusia sudah dapat dimurnikan dan diperbanyak dengan teknologi rekombinan. Insulin juga bukan dibuat dengan diekstrak dari pankreas orang yang sudah meninggal. Jadi tidak perlu lagi khawatir akan adanya insulin babi atau sapi.
 
J. Insulin dapat menyebabkan gula darah drop ( hipoglikemia )
Pendapat ini benar adanya. Tidak hanya insulin tetapi sebagian besar obat makan juga menyebabkan gula darah terlalu drop. Namun dengan edukasi yang baik, pengawasan dan kerja sama dengan dokter yang ketat, dan monitoring gula darah yang sesuai maka risiko tersebut bisa diminimalisir. Pengidap diabetes dan keluarga harus tahu kapan jadwal dan dosis menyuntik insulin, bagaimana pengaturan makannya, bagaimana tanda-tanda dini gula darah drop, bagaimana mengatasinya, dan sebagainya. Akhirnya pengidap diabetes bisa menjadi “dokter” utama bagi dirinya sendiri. Dengan memulai insulin jangka panjang yang sekali sehari maka risiko gula darah drop juga semakin berkurang. Edukasi adalah hak para pengidap diabetes.
 
K. Insulin menaikkan berat badan ( menjadi lebih gemuk )
Insulin adalah termasuk hormon anabolik, sehingga benar jika dikatakan insulin dapat menaikkan berat badan. Dengan demikian tidak heran jika pada keadaan terdapat penurunan berat badan yang drastis pada pengidap diabetes disarankan memakai insulin. Pada orang yang berat badannya ideal atau gemuk maka tentunya efek ini dapat menimbulkan masalah baru, namun dengan sediaan insulin analog yang banyak beredar saat ini dikatakan bahwa efek kenaikan berat badan menjadi lebih kecil dibandingkan dengan insulin biasa. Cara lain untuk mengimbangi risiko kenaikan berat badan adalah dengan mengkombinasi dengan obat makanan golongan biguanid jika tidak terdapat kontra indikasi. Jangan lupa juga untuk tetap berolah raga sesuai aturan dan makan sesuai anjuran agar berat badan tidak naik berlebihan jika memakai insulin.
 
Saat ini banyak sekali pengidap diabetes yang datang ke dokter dalam keadaan sudah dengan bermacam-macam komplikasi kronik sehingga membutuhkan biaya pengobatan yang sangat tinggi. Untuk itu perlu dikampanyekan kembali kesadaran untuk mengontrol diabetes secara teratur dan dengan pendekatan target. Artinya pengidap diabetes seharusnya tidak dibiarkan berlama-lama dengan obat tertentu, jika memang diabetesnya tidak terkontrol. Prinsipnya adalah cepat memulai terapi dan cepat mengkombinasi obat.